PUISI DAHTA GAUTAMA
Kematian yang Buruk
Aku tak pernah benar-benar paham cara memegang belati
tentara. Tepinya rada gundul, untuk menyembelih lehermu
pasti tak langsung robek. Akan aku coba menggenggam
dengan mendekap pangkal pembatasnya, ketika belati itu
kuhujam ke dada sebelah kirimu, pasti jantungmu
tergolek dan kamu mati tanpa sempat menyebut nama
tuhan.
Tanjungkarang Barat, 21 September 2013
Cara Menyembelih Unggas
Begitulah. Yang aku paham cuma cara menyembelih yang
benar. Siapkan leher jenjang itu, letakkan di atas balik
kayu berdiameter lima puluh centimeter. Sebelumnya,
perhalus bibir pisaumu dengan batu lempeng. Sebut nama
tuhan tiga kali. Pegang ujung jakun itu, mulailah mengiris
uratnya. Setelah itu, tekan dengan gerakan memutar.
Sisakan kulitnya, agar kepalanya tetap menggantung.
Membunuhlah, ketika engkau masih mampu
Tanjungkarang Barat, 4 Agustus 2013
Jalan Menuju Wanasalam
Menuju rumahmu, menyebabkan aku menempuh angin.
Hujan dalam beberapa minggu ini, memengaruhi rasa di kepala
bagian belakang kita. Namun karena kita mesti tiba di Wanasalam
pada malam itu, maka semua hal yang menyebabkan demam,
kita kalahkan.
Mendung mengikuti kita dari belakang, ia seperti ingin menelan tubuh kita
dengan jahat. Angin sangat ribut, menghantam daun telinga.
Di jalan panimbang orang-orang menyeret bambu, menimbulkan bunyi
anjing yang lehernya terjepit. Orang-orang takut kepada hujan.
Sebab kejahatan lain membuat mereka kehilangan bahagia
ketika air berburu di kampung mereka.
Wanasalam, 16 Januari 2014
Laut
jika engkau tak pulang
kami akan menimbunmu dalam ingatan.
jika engkau tak kembali ke darat
kami tetap menguburmu di Wanasalam.
jasadmu terapung di luas
namun ruhmu, kami tanam di desa.
laut, pada hampar itu, hidup kami timbul tenggelam.
Wanasalam, 17 Januari 2014
Dahta Gautama lahir di Hajimena, Bandar Lampung, 24 Oktober 1974. Ular Kuning (2011) dan Manusia Lain (2013) adalah dua buku kumpulan puisinya.
PUISI KOMPAS, MINGGU, 13 APRIL 2014
Tinggalkan Balasan