PUISI F AZIZ MANNA
Pandangan Jarak Jauh
/1/
apa yang terjadi di kampungku
telah menjadi tayangan televisi
di rumahmu, gambarnya hampir sama
dengan serial drama
yang selalu kau tunggu
bahkan tangisnya
hingga teriak-teriakannya
sama saja
keseharian dan riasan
begitu susah dibedakan
seperti lumpur dan pupur
/2/
mataku sumur tertimbun lumpur
tak lagi bisa memeluk bulan
kaukah keindahan itu
yang berdenyar di mulut angin
(2013)
Lambung Pecah
lambung kapal ini telah pecah, air di dalam dan di
luar saling bertumbukan, menuntut masuk dan
memaksa keluar, berdorongan, membuat dataran
geladak kapal berguncangan, jerit, tangis, dedoa
berlompatan di udara, jembatan teriakan dari
seberang: harus segera disumpal itu lubang agar
agar guncangan tak kian liar agar sesuara segera diam,
jangan sampai arus air terus menemui mata, halangi,
tangguli, jahiti, malam beranjak tenang, mata
kelelawar tertusuk bintang, matahari menyelami
lempung, melengkung tenang dalam kebisuan,
guncangan jadi getaran, kerisik reranting kering
dimainkan angin, lambung kapal menebal dalam
tambalan, menyimpan garis luka, mungkin bekas luka
tak akan kembali melukai seperti sediakala, hanya
kenangan luka, hanya hantu luka, akarnya tak nyata
seperti bayangan yang berlompatan di kepala, tapi
sembuh bukanlah jalan melupakan dan lupa bukanlah
jalan kesembuhan.
F Aziz Manna bermukim di Sidoarjo, Jawa Timur.
Buku puisinya berjudul Siti Surabaya dan Kisah Para
Pendatang (2010) dan Wong Kam Pung (2010).
PUISI KOMPAS, MINGGU, 31 Maret 2013
Tinggalkan komentar